Langsung ke konten utama

Tenggelam dalam rasa

Keep breathing

Hari ini saya mendapatkan sesuatu yang baru, cerita tentang hidup dan dinamikanya. Haru biru dan menyesakkan. Seorang teman wanita disakiti oleh suaminya dan dia tetap bertahan sampai dengan hari ini. Mengalah, bersabar demi anak dalam kandungan dan demi cintanya. 

Masalah klise yang tak ada akhirnya jika kita bicara tentang "rasa". Kita tidak pernah tahu kepada siapa rasa itu akan datang, kepada orang baik atau bukan. Wanita yang baik akan mendapatkan laki-laki yang baik, jadi apakah teman saya bukan wanita baik-baik sehingga Allah kirimkan laki-laki "tidak baik" buatnya dan membuatnya sedih berkepanjangan. Saya tidak berburuk sangka kepada Allah, karena saya yakin Allah tidak akan memberikan ujian diluar kemampuan hamba-Nya. Ini adalah salah satu perjuangan teman saya untuk berjuang mengalahkan rasa cintanya kepada manusia (suami yang menyakitinya) dan kembali pada cinta yang hakiki,  rasa cinta pada Tuhannya.

Rasa telah membutakan hatinya sehingga ia menutup mata terhadap "kejahatan" laki-laki itu. Rasa telah menyelimuti dirinya sehingga tidak peduli saat orang-orang terkasih yang memberikan saran dan ia menolak untuk diselamatkan. Kini, setelah dirinya benar-benar tengelam dalam kegelapan rasa baru ia tersadar untuk bangkit dan bergerak. 

Tidak ada kata terlambat untuk memulai kehidupan baru, teman. Karena hidup adalah belajar. Salah satunya adalah belajar mengenali rasa dan memilih rasa. Semoga Allah limpahkan kasih sayang-Nya pada mu dan kau kembali pada -Nya.




Ismicitra
*pelajaran buat hamba*

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berobat kulit ke dr. Inong, part 2: Peeling session

Setelah lebih dari satu bulan bermain-main dengan krim pagi  dan malam, kini saatnya kembali untuk  chemical peeling   alias pengelupasan kulit dengan bahan kimia (obat). Kunjungan kedua kali ini saya pilih    Jumat. Tiba di RS restu jam 15.00 dan mendapat urutan 50. Lumayan, hanya nunggu sekitar 2 jam akhirnya tibalah giliran saya. Ada sekitar 6 tempat tidur dengan satu kipas angin kecil di masing-masing tempat tidur. Sebelum pengelupasan, wajah kita dibersihkan dulu oleh asisten   dengan cairan berbau seperti alkohol, dan mulailah obat itu dioleskan oleh dr. Inong sendiri. Awalnya terasa dingin, namun beberapa saat kemudian....." ouch "    ….panas dan perih sekitar 5 menit dan kipas angin ini sangat membantu untuk mengurangi rasa sakit.  Tenyata pengolesan itu diulangi lagi setelah 15 menit....*dooh  double ouch *, tapi bener kok cuma sebentar, dan setelah tidak terasa panas lagi sang asisten akan mengoleskan krim, dia menyebutkan sih nama dari krim itu tapi sepertinya

Tips Berobat Kulit ke dr. Dewi Inong I spKK

Setelah menjalaninya saya tertarik untuk menuliskan tips untuk rekan-rekan yang akan berobat kulit ke beliau, supaya tidak salah langkah. Sekilas tentang dr. Inong (begitu saya panggil beliau) dapat dilihat di sini , bukan bemaksud promosi :P, namun beliau terkenal ramah dan murah untuk perawatan kulitnya. Beliau praktek di Permata Cibubur dan RSIA Restu, Kramat jati, saya akan berbagi untuk yang di Restu Datang pagi, benar-benar pagi. Pendaftaran dimulai jam 7.00 ,tdak boleh lewat telpon dengan biaya Rp. 85.000,- dan terbatas hanya 60 orang :O….Saya tiba di sana jam 8.10, dan alhasil dapat no. 68….ini berhasil karena no yang muda banyak yang gak datang. Setelah daftar di loket, jangan lupa daftar ulang di perawat depan kamar dr. Inong , karena akan dipanggil berdasarkan urutan di perawat bukan di loket. Bawa sarapan, cemilan dan makan siang serta air minum . Tidak ada kantin, hanya ada ibu penjual makanan kecil yang terbatas, dan suasana di sana panas, jangan

Kisah seorang pencuri foto

Kisah ini di mulai dari foto di atas. Saat melihat pertama kali, langsung jatuh hati pada foto berjuta makna ini. Foto ini dtemukan di salah satu jejaring sosial, pemiliknya adalah teman dari teman, aku sendiri tidak mengenalnya. Biasanya, jika mengambil foto pribadi, aku akan minta ijin dulu ke pemiliknya, tapi mengapa untuk foto ini aku agak takut dengan pemiliknya hehehe. Berikut kronologis perjalananku bersama foto ini, yang aku beri judul “Memandang ke Depan”: 19 Agustus 2010 : aku grabbed foto ini tanpa ijin, tapi ternyata merasa bersalah, dan berasa seperti pencuri, huuu gak enak 23 Agustus 2010 : akhirnya memberanikan diri untuk kirim message ke sang pemilik yang intinya minta ijin….sampai sekarang belum dijawab juga 2 Sept 2010 : sepertinya tidak akan dapat ijin resmi dalam waktu dekat, mungkin sekitar 20 tahun lagi hehehe *hopeless*….aku beranikan diri untuk mengirim message yang sama ke FBnya…no response until now 19 Sept 2010 :Dia: “biarkan kami mensyukuri hid