Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2009

Harapan; berharap atau memberi harapan

Membicarakan masalah jodoh adalah hal yang tidak terpikirkan saat ini, dimana aku harus berjuang melawan penyakitku sehingga aku bisa berjalan lagi. Namun, ternyata hal ini tidak dapat dihindari, sehingga tergelitik aku untuk menuangkannya dalam tulisan. Berharap atau memberi harapan. Dua hal yang berbeda dan amat menyenangkan sekali jika keduanya ditujukan pada satu orang. Saat ini kedua hal itu terbersit di kepalaku saat membuka email-email lama. Sayangnya yang terjadi padaku bukan pada orang yang sama, aku berharap untuk yang lain, dimana seseorang yang lain berharapan padaku. Berharap untuk mendapatkan lebih dari seseorang yang pernah mengharapkanku. Wuih...repot ya kalimatnya. Kesimpulan yang aku ambil pagi ini adalah harapan kita selalu lebih baik dari kenyataan, dan tidak mudah melepaskan diri dari kenyataan, dibandingkan dengan lepasnya harapan dari pandangan. Memberi harapan pada kenyataan, nah ini yang belum pernah aku coba. Akankah lebih baik? Face it, stop running.

Memandang langit

Saat aku terbaring di rumah sakit untuk ke 3 kalinya, tidak banyak yang dapat dilakukan kecuali, tidur, makan, ngobrol, tidur lagi. Benar-benar istirahat. Memandang langit, itulah pekerjaan yang aku paling sukai saat waktu senggang, kebetulan tepat di samping tempat tidurku terdapat kaca besar yang dapat melihat langit tanpa halangan. Tak banyak yang ku dapat dari memandangi langit dari sisi tempat tidur. Biru, dengan guratan awan putih beraneka bentuk, dihiasi burung yang terbang bahkan hinggap dijendelaku. Kadang melintas di langitku pesawat terbang disertai asap kebul di belakangnya. Suatu ketika biru berganti kelabu, awan putih tak kujumpai, tak ada burung atau pesawat. Hanya kelabu, ku pandangi sambil berharap warnanya segera berubah. Sampai akhirnya aku tertidur lelap. Saat mata ini terbuka, kelabu telah sirna, biru warnai langitku lagi. Walau tanpa burung yang melintas, tapi perasaan "aneh" menyelimuti saat memandang langitku yang kembali biru. Rasa aneh ini mungkin

Arti air mata

Akhir-akhir ini saat sakit mendera, aku mempunyai banyak waktu untuk diriku sendiri. Mengamati tubuhku, menyelami perasaanku, dan menjalani kehidupan yang tidak pernah aku pikirkan sebelumnya. Seputar kasur dan laptop, itulah duniaku sekarang. Pada kesempatan ini, ingin rasanya bercerita tentang menangis. Dahulu, sebelum sakit, aku cukup mudah tersentuh sampai akhirnya air mata ini mengalir, kadang untuk hal kecil saja. Hal yang berbeda terjadi sekarang. Masih dapat dihitung dengan jari tangan jumlah aku menangis, bukan aku pura-pura atau menahan diri, tapi itu terjadi begitu saja. Aku merasa harus ada sesuatu yang amat berarti untuk arti air mataku. Kini, menangis karena bukan sekedar mata saja yang berair, namun hatiku pasti mencair dan itu tidak ku inginkan terjadi, setelah sekian lama ku tata dan ku bina. Sakit ini memang latihan buatku mengasah hati dan mengatur perasaan. Entah ini salah atau tidak, tapi aku lebih nyaman dengan hal ini. Aku telaah lagi,selain lagi doa, kapan saja