Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2008

Terpuruk

Hari ini, akhiri semua mimpi akhiri semua asa kini semua tinggal rasa tertinggal sesak dalam dada yang ku pikir bisa segera lega ternyata waktu untuk hilangkanmu begitu lama hingga tertutup mata untuk asa lain yang tiba ah..biarlah aku terjatuh dulu tenggelam dalam kenangan akanmu biar puaskan kerinduaanku sampai akhirnya sesak akan akhiri nafasku baru ku minta angin bertiuplah keras tuk bantu hapuskan jejakmu dipasir pantaiku today, he is getting married ... :|

Sesalku....

Saat aku sadar bahwa aku punya rasa buat dia dia menghindar karena sebenarnya kami tahu bahwa beda itu terlalu jauh dia dengan dunianya aku dengan rutinitasku tapi...aku tidak mau begitu saja berlalu kucoba dahulu dan ternyata dia berlari ah...kini aku menyesal hilang lagi satu teman mungkin seharusnya lebih baik tidak sejak awal pastinya kami masih bisa berjalan bersama walau di sisi yang berbeda

Saat empati tak lagi ada

Hari ini aku mendapatkan berita yang sangat mengejutkan dari temanku tepatnya junior di tempat menuntut ilmu sekarang. Setelah 2 hari menghilang, teman-temannya menemukan dia dalam keadaan yang sangat menyedihkan, duduk bersimpuh di pojok kamarnya yang gelap, tidak bersuara dan tidak mengenali orang-orang di sekitarnya. Hiks....hatiku langsung terasa seperti teriris, sakit...mataku berkaca, mulutku tetap tertutup rapat menahan sesak yang semakin mendesak dada. Begitu beratkah beban yang dia tanggung selama ini, sehingga akal sehatnya tidak sanggup menampung semuanya, dan dia...akhirnya menyerah. Lengkaplah kesedihan yang kurasakan saat tahu bahwa beberapa teman senior ada yang beranggapan bahwa ini adalah taktiknya belaka agar tidak maju sajian kasus. Oh..my God, astagfirullah...dimana rasa kemanusiaan kalian, atau jangan-jangan kalian bukan manusia lagi. Maaf mb, aku terlalu berterus terang, namun tidak adakah rasa empati untuknya ? Seburuk-buruknya dia, namun dia adalah salah satu da

Rahasia kecilku

Menulis adalah salah satu caraku untuk berbagi, bukan berarti harus terbaca oleh yang lain, cukup aku dan monitor 14 inci ini. Rumah ini adalah tempat persembunyianku, aku yakin mereka tak akan datang karena memang sengaja aku tak undang, sebuah rahasia kecil yang tak bisa ku tahan sendiri namun aku malu jika kau membacanya. Duniaku hanya seukuran lapangan bola, kecil sekali dibandingkan dengan dunia nyata. Dibatasi dinding yang cukup tinggi sehingga aku tak sanggup untuk memanjatnya untuk sekedar menintip aktivitas lain di luar lapangan. Sebenarnya ini sudah menjadi pilihan hidup yang dengan kesadaran penuh aku telah memilihnya. Bergelut dengan orang-orang yang sama-sama terkukung dengan rutinitas yang rumit atau sengaja dibuat sulit. Beberapa waktu lalu, atas bantuannya, aku menemukan jalan kecil di sisi lain dari keseharianku. Jalan itu membawaku ke suatu tempat yang amat baru, belum pernah ku sentuh. Saat ini ku coba untuk menyelusurinya, beberapa langkah dahulu, hati-hati. Dari s