Langsung ke konten utama

Rahasia kecilku

Menulis adalah salah satu caraku untuk berbagi, bukan berarti harus terbaca oleh yang lain, cukup aku dan monitor 14 inci ini.

Rumah ini adalah tempat persembunyianku, aku yakin mereka tak akan datang karena memang sengaja aku tak undang, sebuah rahasia kecil yang tak bisa ku tahan sendiri namun aku malu jika kau membacanya.
Duniaku hanya seukuran lapangan bola, kecil sekali dibandingkan dengan dunia nyata. Dibatasi dinding yang cukup tinggi sehingga aku tak sanggup untuk memanjatnya untuk sekedar menintip aktivitas lain di luar lapangan. Sebenarnya ini sudah menjadi pilihan hidup yang dengan kesadaran penuh aku telah memilihnya. Bergelut dengan orang-orang yang sama-sama terkukung dengan rutinitas yang rumit atau sengaja dibuat sulit.
Beberapa waktu lalu, atas bantuannya, aku menemukan jalan kecil di sisi lain dari keseharianku. Jalan itu membawaku ke suatu tempat yang amat baru, belum pernah ku sentuh. Saat ini ku coba untuk menyelusurinya, beberapa langkah dahulu, hati-hati.
Dari sisi jalan kecil ini aku melihat aktivitas baru yang begitu berbeda dari yang biasa ku lakukan, nyata, penuh kata yang bermakna.
Ku amati sambil membalas senyum yang mereka kulumkan. Beberapa tangan mencoba mengapaiku, dengan halus ku tepiskan dahulu.
Indah nian sisi dunia ini...andai bisa ku padukan dengan duniaku...sehingga aku akan lebih bergairah di sana.
Aku harus kembali kedalam lapangan bola itu, banyak kewajiban yang harus aku selesaikan, namun aku kembali dengan membawa bunga dari jalan ini yang akan memberi keharuman baru. Pasti aku akan berjalan lagi kesini, apalagi bila kau tetap setia menjadi kawanku.

Buat seorang teman lama namun baru, "F", terima kasih, gw gak nyangka elo akan memberikan sesuatu yang baru buat gw, mungkin elo juga gak sadar betapa kuatnya loe menginspirasi gw.
Terima kasih telah memperkenalkan gw ama jalan ini, tapi gw sendiri di sini, maukan tetep jadi temen gw? jadi gw gak kebinggungan atau keilangan arah, jangan bosen dan bete ama pertanyaan konyol gw.
Suatu ketika, nama loe akan gw tulis lengkap, setelah gw siap jadi bagian dari kalian :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berobat kulit ke dr. Inong, part 2: Peeling session

Setelah lebih dari satu bulan bermain-main dengan krim pagi  dan malam, kini saatnya kembali untuk  chemical peeling   alias pengelupasan kulit dengan bahan kimia (obat). Kunjungan kedua kali ini saya pilih    Jumat. Tiba di RS restu jam 15.00 dan mendapat urutan 50. Lumayan, hanya nunggu sekitar 2 jam akhirnya tibalah giliran saya. Ada sekitar 6 tempat tidur dengan satu kipas angin kecil di masing-masing tempat tidur. Sebelum pengelupasan, wajah kita dibersihkan dulu oleh asisten   dengan cairan berbau seperti alkohol, dan mulailah obat itu dioleskan oleh dr. Inong sendiri. Awalnya terasa dingin, namun beberapa saat kemudian....." ouch "    ….panas dan perih sekitar 5 menit dan kipas angin ini sangat membantu untuk mengurangi rasa sakit.  Tenyata pengolesan itu diulangi lagi setelah 15 menit....*dooh  double ouch *, tapi bener kok cuma sebentar, dan setelah tidak terasa panas lagi sang asisten akan mengoleskan krim, dia menyebutkan sih nama dari krim itu tapi sepertinya

Tips Berobat Kulit ke dr. Dewi Inong I spKK

Setelah menjalaninya saya tertarik untuk menuliskan tips untuk rekan-rekan yang akan berobat kulit ke beliau, supaya tidak salah langkah. Sekilas tentang dr. Inong (begitu saya panggil beliau) dapat dilihat di sini , bukan bemaksud promosi :P, namun beliau terkenal ramah dan murah untuk perawatan kulitnya. Beliau praktek di Permata Cibubur dan RSIA Restu, Kramat jati, saya akan berbagi untuk yang di Restu Datang pagi, benar-benar pagi. Pendaftaran dimulai jam 7.00 ,tdak boleh lewat telpon dengan biaya Rp. 85.000,- dan terbatas hanya 60 orang :O….Saya tiba di sana jam 8.10, dan alhasil dapat no. 68….ini berhasil karena no yang muda banyak yang gak datang. Setelah daftar di loket, jangan lupa daftar ulang di perawat depan kamar dr. Inong , karena akan dipanggil berdasarkan urutan di perawat bukan di loket. Bawa sarapan, cemilan dan makan siang serta air minum . Tidak ada kantin, hanya ada ibu penjual makanan kecil yang terbatas, dan suasana di sana panas, jangan

Kisah seorang pencuri foto

Kisah ini di mulai dari foto di atas. Saat melihat pertama kali, langsung jatuh hati pada foto berjuta makna ini. Foto ini dtemukan di salah satu jejaring sosial, pemiliknya adalah teman dari teman, aku sendiri tidak mengenalnya. Biasanya, jika mengambil foto pribadi, aku akan minta ijin dulu ke pemiliknya, tapi mengapa untuk foto ini aku agak takut dengan pemiliknya hehehe. Berikut kronologis perjalananku bersama foto ini, yang aku beri judul “Memandang ke Depan”: 19 Agustus 2010 : aku grabbed foto ini tanpa ijin, tapi ternyata merasa bersalah, dan berasa seperti pencuri, huuu gak enak 23 Agustus 2010 : akhirnya memberanikan diri untuk kirim message ke sang pemilik yang intinya minta ijin….sampai sekarang belum dijawab juga 2 Sept 2010 : sepertinya tidak akan dapat ijin resmi dalam waktu dekat, mungkin sekitar 20 tahun lagi hehehe *hopeless*….aku beranikan diri untuk mengirim message yang sama ke FBnya…no response until now 19 Sept 2010 :Dia: “biarkan kami mensyukuri hid