Kita harus bisa menerima kekurangan orang lain dan juga harus dapat bersikap legowo terhadap kelebihan yang mereka miliki.
A sangat mengagumi sebuah rumah yang sedang dijual di sekitar tempatnya bekerja. Rumah itu tidak terlalu besar, halaman luas dengan kolam ikan dan pancuran kecil di tengah. Terlihat sejuk dan nyaman saat melewatinya. Ingin rasanya untuk memiliki rumah itu, namun apa daya kemampuan finansial A belum tercukupi. Suatu hari saat melintas di depan rumah idamannya tersebut, ternyata rumah itu sudah hangus terbakar tanpa sisa, sejenak dia tertengun di depan bangunan hancur yang sudah berwarna hitam itu, hatinya ikut hancur dan buliran air mata pun mengalir. Namun, tak lama kemudian dia menyeka air matanya. "Ah, sudahlah, masih banyak rumah yang lain yang dapat kubeli kelak" pikirnya sambil meneruskan perjalanan ke tempat kerjanya.
Alangkah indahnya jika saya juga bisa berfikir sederhana seperti A untuk kehilangan yang saya rasakan saat ini. Pasti tidak ada ganjalan pada langkah saya yang (mudah2an) masih panjang. Rumah yang saya idamankan memang tidak hangus terbakar, tapi terbeli oleh orang lain, lantas apakah saya harus membenci si pembeli karena mampu memiliki rumah itu? Kepala saya menggeleng dan saya berusaha untuk mengiangkan kata-kata si A yaitu masih banyak rumah-rumah lain yang lebih reasonable untuk saya, yang lebih sesuai dengan kondisi saya saat ini.
Untuk membantu melupakan rasa kehilangan ini maka saya tidak akan melewati jalan di mana dia berada. Walau lebih jauh, tapi akan memadamkan keinginan dan semoga jalan baru ini mempertemukan saya dengan rumah idaman yang lain.
Ismicitra
*thanks to Matahari Harumdini*
Komentar