Memang tidak ada yang bisa mengerti diri kita selain kita sendiri dan Sang pemilik. Nah, yang paling gawatnya jika kita sendiri pun tidak mengeti apa yang jadi "mau" kita.
Berarti saat ini saya dalam keadaan "gawat" mudah-mudahan tidak darurat. Saya terus terang cukup bingung dengan hal-hal yang terjadi disekitar saya. Benar-benar diluar kuasa saya. Mungkin sebagai penyadaran saya untuk kembali.
Saya adalah orang yang cukup optimis walau kadang bisa jatuh kedalam lubang pesimis. Saya merasa sanggup untuk membaca situasi yang sedang terjadi disekitar saya. Untuk menanggapi stuasi tersebut biasanya saya tidak menyelesaikannya dengan rencana panjang, tapi berusaha sesingkat mungkin, ketemu masalah langsung bereskan.
Sayangnya masalah yang saya hadapi sekarang ini tidak bisa dibereskan dari diri saya sendiri. Butuh kerjasama dari pihak lain yang tidak dapat saya kendalikan. Arrrgghhh......inilah yang bisa jadi sumber masalah baru. Mereka tidak sama seperti saya. Mereka punya kesibukan lain selain masalah bersama saya. Mereka bukan siapa-siapa saya. Sigh.....saya hanya bisa menghela nafas.
Untuk masalah yang seperti ini saya basanya hanya bisa menunggu...menunggu....berdoa dan berdoa, langsung deh merasa kecil dan ciut. Benar-benar tak berdaya, karena saya tidak punya kuasa terhadap mereka. Ehmm...sebenarnya sih saya tidak punya kuasa terhadap semua hehehe
Kembali ke topik awal. Saat ini terus terang ada dua hal yang saya hadapi, sekolah dan non sekolah. Masalah non sekolah lah yang tidak saya tahu mau dibawa kemana. Untuk masalah diluar sekolah yang satu ini memang sulit saya intervensi tapi cukup membuat saya mual dan muntah tiap pagi, bahkan ditengah penatnya pikiran tentang tesis, hal ini memaksa saya meluangkan waktu untuk menulisnya.
Doa...doa...doa....minta sama yang Kuasa. Itulah yang dinasehati oleh teman-teman. Tidak ada yang salah dengan hal itu. Malah 100% benar, karena hanya Dia lah yang mengatur hal tersebut. Tapi saya agak kurang setuju jika saya harus mendoakan orang tersebut agar mau membukakan hatinya untuk saya, karena dia baiklah, dia benarlah, dia ini lah dll. Tidak, saya tidak akan mengatur siapa yang akan menjadi pendamping buat saya. Saya hanya berani minta kirimkan seseorang yang baik (dan benar) untuk saya. Biarkan Dia yang pilihkan buat saya. Walau dilain pihak saya merasa "i can live with him", tapi saya tetap tidak sanggup untuk meminta. Entah itu malu...atau takut, karena sering keinginan saya yang berbeda dengan kehendak-Nya.
Alhamdulillah, akhirnya saya tahu "mau" saya untuk maslah non sekolah ini.
Insya Allah ini yang terbaik dan saya tidak menyesali keputusan ini.
Ismicitra
*tertimbun kepenatan*
Berarti saat ini saya dalam keadaan "gawat" mudah-mudahan tidak darurat. Saya terus terang cukup bingung dengan hal-hal yang terjadi disekitar saya. Benar-benar diluar kuasa saya. Mungkin sebagai penyadaran saya untuk kembali.
Saya adalah orang yang cukup optimis walau kadang bisa jatuh kedalam lubang pesimis. Saya merasa sanggup untuk membaca situasi yang sedang terjadi disekitar saya. Untuk menanggapi stuasi tersebut biasanya saya tidak menyelesaikannya dengan rencana panjang, tapi berusaha sesingkat mungkin, ketemu masalah langsung bereskan.
Sayangnya masalah yang saya hadapi sekarang ini tidak bisa dibereskan dari diri saya sendiri. Butuh kerjasama dari pihak lain yang tidak dapat saya kendalikan. Arrrgghhh......inilah yang bisa jadi sumber masalah baru. Mereka tidak sama seperti saya. Mereka punya kesibukan lain selain masalah bersama saya. Mereka bukan siapa-siapa saya. Sigh.....saya hanya bisa menghela nafas.
Untuk masalah yang seperti ini saya basanya hanya bisa menunggu...menunggu....berdoa dan berdoa, langsung deh merasa kecil dan ciut. Benar-benar tak berdaya, karena saya tidak punya kuasa terhadap mereka. Ehmm...sebenarnya sih saya tidak punya kuasa terhadap semua hehehe
Kembali ke topik awal. Saat ini terus terang ada dua hal yang saya hadapi, sekolah dan non sekolah. Masalah non sekolah lah yang tidak saya tahu mau dibawa kemana. Untuk masalah diluar sekolah yang satu ini memang sulit saya intervensi tapi cukup membuat saya mual dan muntah tiap pagi, bahkan ditengah penatnya pikiran tentang tesis, hal ini memaksa saya meluangkan waktu untuk menulisnya.
Doa...doa...doa....minta sama yang Kuasa. Itulah yang dinasehati oleh teman-teman. Tidak ada yang salah dengan hal itu. Malah 100% benar, karena hanya Dia lah yang mengatur hal tersebut. Tapi saya agak kurang setuju jika saya harus mendoakan orang tersebut agar mau membukakan hatinya untuk saya, karena dia baiklah, dia benarlah, dia ini lah dll. Tidak, saya tidak akan mengatur siapa yang akan menjadi pendamping buat saya. Saya hanya berani minta kirimkan seseorang yang baik (dan benar) untuk saya. Biarkan Dia yang pilihkan buat saya. Walau dilain pihak saya merasa "i can live with him", tapi saya tetap tidak sanggup untuk meminta. Entah itu malu...atau takut, karena sering keinginan saya yang berbeda dengan kehendak-Nya.
Alhamdulillah, akhirnya saya tahu "mau" saya untuk maslah non sekolah ini.
Insya Allah ini yang terbaik dan saya tidak menyesali keputusan ini.
Ismicitra
*tertimbun kepenatan*
Komentar