Langsung ke konten utama

Belajar pasrah, sekalian belajar nulis kata pengantar tesis ;)

Semua tahap dalam kehidupan selalu melewati proses. 
Salah satunya proses belajar  untuk pasrah.

Setelah melewati minggu yang sulit, alhamdulillah saya mendapat pencerahan, jawaban dari doa-doa. Akhirnya merasa saya bisa merasa tenang dan menyerah, tapi dengan senyum dan hati gembira.

Ternyata menjadi pasrah itu butuh proses, butuh bantuan dari orang lain, butuh dukungan dari sekitar, butuh banyak bercakap dan bertukar pikiran. Saya benar-benar makhluk sosial yang tidak bisa berdiri sendiri.

Lega rasanya saat hati tak khawatir lagi tentang hasil, saat tak dikejar oleh rasa takut akan deadline, takut akan manusia. 

Terima kasih atas dukungan semua pihak, 
terima kasih pada mamah dan asih, maaf ya tercueki selama 1 minggu ini
terima kasih mas Budi, Teteh dan Piton atas bantuan material yang memang sedang dibutuhkan
terima kasih Lina yang bersedia beradu argumentasi tentang masalah hati
terima kasih pada Ali dan kakak2nya, Fatih dan kakak2nya, Ghaisan dan kakak Aya yang membuat hati ini penuh dengan rindu
terima kasih buat laptop dan kursi biru, maaf kalian jadi panas karena terlalu lama dipakai.

Wah, belum maju tesis aja sudah panjang ungkapan terima kasihnya hehehe
Dan tak lupa....terima kasih pada Sang pemilik hati, yang telah menguatkan hamba dengan proses pembelajaran ini.

Komentar

Ninda Rahadi mengatakan…
tulisan terima kasih yang indah
semoga dimudahkan thesisnya oleh pemilik hati ya mbak.. :)
ismicitra mengatakan…
amiiiin.....makasih ninda, tulisan ninda juga jadi teman disela-sela mengetik ;)

Postingan populer dari blog ini

Berobat kulit ke dr. Inong, part 2: Peeling session

Setelah lebih dari satu bulan bermain-main dengan krim pagi  dan malam, kini saatnya kembali untuk  chemical peeling   alias pengelupasan kulit dengan bahan kimia (obat). Kunjungan kedua kali ini saya pilih    Jumat. Tiba di RS restu jam 15.00 dan mendapat urutan 50. Lumayan, hanya nunggu sekitar 2 jam akhirnya tibalah giliran saya. Ada sekitar 6 tempat tidur dengan satu kipas angin kecil di masing-masing tempat tidur. Sebelum pengelupasan, wajah kita dibersihkan dulu oleh asisten   dengan cairan berbau seperti alkohol, dan mulailah obat itu dioleskan oleh dr. Inong sendiri. Awalnya terasa dingin, namun beberapa saat kemudian....." ouch "    ….panas dan perih sekitar 5 menit dan kipas angin ini sangat membantu untuk mengurangi rasa sakit.  Tenyata pengolesan itu diulangi lagi setelah 15 menit....*dooh  double ouch *, tapi bener kok cuma sebentar, dan setelah tidak terasa panas lagi sang asisten akan mengoleskan krim, dia menyebutkan sih nama dari krim itu tapi sepertinya

Tips Berobat Kulit ke dr. Dewi Inong I spKK

Setelah menjalaninya saya tertarik untuk menuliskan tips untuk rekan-rekan yang akan berobat kulit ke beliau, supaya tidak salah langkah. Sekilas tentang dr. Inong (begitu saya panggil beliau) dapat dilihat di sini , bukan bemaksud promosi :P, namun beliau terkenal ramah dan murah untuk perawatan kulitnya. Beliau praktek di Permata Cibubur dan RSIA Restu, Kramat jati, saya akan berbagi untuk yang di Restu Datang pagi, benar-benar pagi. Pendaftaran dimulai jam 7.00 ,tdak boleh lewat telpon dengan biaya Rp. 85.000,- dan terbatas hanya 60 orang :O….Saya tiba di sana jam 8.10, dan alhasil dapat no. 68….ini berhasil karena no yang muda banyak yang gak datang. Setelah daftar di loket, jangan lupa daftar ulang di perawat depan kamar dr. Inong , karena akan dipanggil berdasarkan urutan di perawat bukan di loket. Bawa sarapan, cemilan dan makan siang serta air minum . Tidak ada kantin, hanya ada ibu penjual makanan kecil yang terbatas, dan suasana di sana panas, jangan

Kisah seorang pencuri foto

Kisah ini di mulai dari foto di atas. Saat melihat pertama kali, langsung jatuh hati pada foto berjuta makna ini. Foto ini dtemukan di salah satu jejaring sosial, pemiliknya adalah teman dari teman, aku sendiri tidak mengenalnya. Biasanya, jika mengambil foto pribadi, aku akan minta ijin dulu ke pemiliknya, tapi mengapa untuk foto ini aku agak takut dengan pemiliknya hehehe. Berikut kronologis perjalananku bersama foto ini, yang aku beri judul “Memandang ke Depan”: 19 Agustus 2010 : aku grabbed foto ini tanpa ijin, tapi ternyata merasa bersalah, dan berasa seperti pencuri, huuu gak enak 23 Agustus 2010 : akhirnya memberanikan diri untuk kirim message ke sang pemilik yang intinya minta ijin….sampai sekarang belum dijawab juga 2 Sept 2010 : sepertinya tidak akan dapat ijin resmi dalam waktu dekat, mungkin sekitar 20 tahun lagi hehehe *hopeless*….aku beranikan diri untuk mengirim message yang sama ke FBnya…no response until now 19 Sept 2010 :Dia: “biarkan kami mensyukuri hid