Segala sesuatunya pasti sudah ada yang mengatur. Begitu juga kejadian dan perubahan emosi yang terjadi pada saya akhir-akhir ini. Peristiwa ini merupakan titik awal dari perjalanan baru saya. Selama ini saya merasa sudah siap untuk melanjutkan ke jenjang kehidupan selanjutnya. Dalam pikiran saya adalah sebuah perjalanan yang biasa, saling tukar data diri, bertemu, lalu lanjut atau tidak. Saya tumbuh menjadi seseorang yang tidak memandang rumit sesuatu, memandang semua mudah, make it easy make it simple. Tapi ternyata perjalanan ini tidak semudah itu. Dan saya terlambat menyadarinya. Alhamdulillah akhirnya sadar :D
Waktu yang ada saat ini, saya pakai untuk benar-benar memikirkan tujuan pernikahan saya dan siapa yang saya pilih untuk menjadi pendamping saya kelak. Apa yang saya akan lakukan untuk keluarga saya,
bagaimana keluarga yang saya inginkan, dapatkan saya menciptakan keluarga yang sesuai sunnah Rasul, dapatkah saya menjadi ibu yang memberikan kebaikan bagi anak-anak kelak. Banyak sekali yang saya tidak ketahui tentang pernikahan, tentang keluarga dan bahkan tentang rasa. Jadi malu saat membaca sebuah tulisan dari sebuah diskusi yang ternyata cukup mengena dengan saya:
di blog yang lain saya menemukan tanya jawab yang juga kurang lebih miriplah:
Tanya: Apakan saya pantas mendapatkan seorang laki2 yang baik lagi sopan, sedangkan saya seorang wanita yang keras kepala lagi punya sikap buruk?
Jawab: Untuk menepis keraguan Anda, perbaikilah diri Anda segera. Hilangkan sikap keras kepala dan sikap buruk Anda segera. Masih ada waktu untuki berubah sampai saat indah pernikahan tiba. Jika pun sulit untuk berubah, mungkin saja kekuarangan Anda tersebut merupakan kelebihan yang menutupi kekurangannya ketika Anda sudah menikah kelak. Misalnya, orang yang keras kepala cocok untuk menjadi pendamping orang yang peragu. (hiks...hehehehe)
Puisi indah ini dari blog yang lain saya jadikan doa yang akan selalu menyertai jalan saya untuk berserah.
Waktu yang ada saat ini, saya pakai untuk benar-benar memikirkan tujuan pernikahan saya dan siapa yang saya pilih untuk menjadi pendamping saya kelak. Apa yang saya akan lakukan untuk keluarga saya,
bagaimana keluarga yang saya inginkan, dapatkan saya menciptakan keluarga yang sesuai sunnah Rasul, dapatkah saya menjadi ibu yang memberikan kebaikan bagi anak-anak kelak. Banyak sekali yang saya tidak ketahui tentang pernikahan, tentang keluarga dan bahkan tentang rasa. Jadi malu saat membaca sebuah tulisan dari sebuah diskusi yang ternyata cukup mengena dengan saya:
Dan banyak kasus ditemui ada muslimah yang menjadi patah semangat, ketika beberapa kali gagal menjalani taaruf. Bahkan yang patut disayangkan, idealismenya menjadi luntur “yang penting ada lelaki yang mau” menggantikan prinsip “pokoknya lelaki yang berilmu.”
Tanya: Apakan saya pantas mendapatkan seorang laki2 yang baik lagi sopan, sedangkan saya seorang wanita yang keras kepala lagi punya sikap buruk?
Jawab: Untuk menepis keraguan Anda, perbaikilah diri Anda segera. Hilangkan sikap keras kepala dan sikap buruk Anda segera. Masih ada waktu untuki berubah sampai saat indah pernikahan tiba. Jika pun sulit untuk berubah, mungkin saja kekuarangan Anda tersebut merupakan kelebihan yang menutupi kekurangannya ketika Anda sudah menikah kelak. Misalnya, orang yang keras kepala cocok untuk menjadi pendamping orang yang peragu. (hiks...hehehehe)
Puisi indah ini dari blog yang lain saya jadikan doa yang akan selalu menyertai jalan saya untuk berserah.
"Bariskan harapan pada istikharah sepenuh hati ikhlas. Relakan Allah pilihkan untukmu. Pilihan Allah tak selalu seindah inginmu, tapi itu pilihan-Nya.
Tak ada yang lebih baik dari pilihan Allah.
Mungkin kebaikan itu bukan pada orang yang terpilih itu, melainkan pada jalan yang kaupilih. Atau mungkin kebaikan itu terletak pada keikhlasanmu menerima keputusan Sang Kekasih Tertinggi.
Kekasih tempat orang-orang beriman memberi semua cinta dan menerima cinta."
Ismicitra
*mengurai hikmah*
Komentar