telling the world |
Tidak semua orang bisa bercerita tentang masalah yang dihadapinya. Tidak semua orang dapat mengekspresikan apa yang dia rasakan. Banyak yang bilang jika sedih jangan dibagi, jika senang disebarkan. Tidak sedikit yang beranggapan cerita sedih hanya membuat kesusahan pada lingkungan sekitar.
Maaf, saya bukan orang seperti itu. Saya bukan orang yang bisa menyimpan sesuatu sendiri.Saya malah lebih sanggup tidak menceritakan kebahagiaan dibandingkan harus berdiam tentang kesedihan. Mungkin untuk sebagian orang hal ini tidak dibenarkan, namun untuk saya ini adalah salah satu jalan keluar dari masalah yang saya hadapi.
Bercerita adalah salah satu cara saya untuk mengurangi beban hati. Bercerita adalah salah satu cara saya mengenal lebih jauh tentang jati diri. Bercerita adalah saatnya mendapatkan masukan dan cara pandang dari sisi yang berbeda. Lantas dengan bercerita kita jadi ember? Tentu saja tidak. Dibutuhkan keterampilan lain untuk mengenali kepada siapa kita harus bercerita, sehingga kita tidak sia-sia setelah bercerita nanti atau malah mendapatkan masalah baru dengan bercerita.
Berkaca dari pengalaman pribadi, saya selalu memilah-milah kepada siapa saya bercerita.Setiap orang punya kapabilitas yang berbeda untuk tiap masalah. Orang yang mengenal kita serta dapat dipercaya adalah syarat lain yang diperlukan untuk mencari tempat bercerita.Orang tersebut adalah orang terdekat kita: keluarga.
Memang tidak semua dapat diceritakan kepada keluarga, karena mereka tidak berkecimpung pada kegiatan kita diluar rumah. Namun setidaknya mereka diinformasikan sedikit tentang apa yang sedang kita lakukan atau masalah apa yang sedang kita hadapi. Akan sangat menyakitkan bagi seorang ibu saat melihat mata anaknya bengkak karena menangis semalaman tanpa mengetahui sebab mengapa anak tercintanya menangis. Mudah-mudahan saya tidak menjadi ibu yang demikian.
Mari mulai bercerita, mari mulai berbagi, sebagai ajang untuk mengenali diri.
Ismicitra
*blog adalah teman cerita paling oke*
Komentar