http://annafardiana.com/2010/10/menunggu/ |
Semalam dapat curahan hati colongan dari seorang teman wanita. Lagi-lagi masalah hati dan lelaki. Dua hal yang tadinya menurut saya bukan masalah, tapi sekarang malah jadi biang keladi dari masalah.
Kasus:
Seorang perempuan dikenalkan kepada seorang lelaki yang sibuknya luar biasa, hingga sampai usianya kini sang lelaki belum menikah. Setelah pertemuan itu, tidak ada pendekatan yang signifikan dari sang lelaki, sampi akhirnya tiba-tiba beberapa bulan kemudian dia SMS sang perempuan yang isinya suatu hal yang menggembirakan, sebuah janji untuk bertemu (kembali). Namun janji itu tak kunjung terwujud dengan alasan sibuk, pembatalan demi pembatalan diterima oleh sang perempuan.Sampai akhirnya semalam sang perempuan mengaku lelah.
Masalah (dari sisi perempuan):
- Mengapa sang perempuan rela menunggu?
- Mengapa tidak disampaikan saja secara langsung kelelahan mental yang dia alami?
Jawaban:
Untuk kedua masalah itu adalah HATI, RASA dan TIDAK MAU KEHILANGAN.
Diskusi:
Kerelaan menunggu dari sang perempuan dan rela diberlakukan menggantung (versi saya sih = semena-mena) dikarenakan sang perempuan punya kecenderungan terhadap lelaki tersebut dan mencoba berharap lebih. Tidak dapat disalahkan karena masalah hati bukan kita yang minta walau sebenarnya bisa kita kontrol.
Sang perempuan tidak mau mengutarakan langsung karena memang tidak ada apa-apa diantara mereka, dan risiko untuk kehilangan lelaki itu akan lebih besar karena hal itu bersikap agresif yang tidak seperti "wanita".
Jika ditanyakan kepada saya tentu saya akan melakukan hal yang berbeda. Saya tidak sesabar dia yang rela menunggu tanpa ada kejelasan. Saya sangat membutuhkan komunikasi, karena saya tidak peka terhadap situasi. Saya akan melakukan aksi dengan dua konsekuensi yang jelas yaitu kehilangan atau malah dapat kejelasan. Mungkin saya salah karena tidak sabar, namun apakah saya salah jika menuntut hak saya untuk minta kejelasan? Waktu yang disediakan oleh perempuan itu sudah cukup lama, dan dia juga berhasil menutup peluang perkenalan dengan yang lain karena lelaki ini (?), sungguh tidak adil (versi saya).
Mungkin selintas saya terkesan seperti seorang feminis yang menuntut persamaan. Sebenarnya bukan hal itu yang saya harapkan, hanya minta keterbukaan dan komunikasi yang jelas. Mereka berdua sudah sama-sama berumur dan berpengalaman dalam kehidupan kok atau...karena banyak pengalaman jadi banyak mikirnya dari pada bertindak (?).
Saya hanya diam saat dia bercerita, karena saya yakin dia punya cara untuk mengatasinya hanya perlu teman untuk mendengarkannya. Dan tentu saja cara yang dilakukan adalah cara yang biasa dia lakukan....menunggu.
Semoga Allah akan berikan buah yang manis dari usaha dan keteguhannya menunggu, dan semoga kejelasan itu akan datang. Aamiin.
Bagaimana dengan masalah yang sedang saya hadapi?
Yaaaa......setelah menanyakan kejelasan, saya tinggal menunggu jawaban....
Lah...kok menunggu juga?? hehehe.....mungkin nama lain dari perempuan adalah menunggu ;)
Yaa setidaknya sampai urusan tesis, SKL, evaluasi nasional deh.
Mohon doanya yaa
Kadang kita harus melakukan apa yang ingin kita lakukan, bukan melakukan apa yang seharusnya dilakukan.
Kita mungkin akan tampak kalah di mata mereka, namun kita tetap menjadi pemenang bagi diri kita.
*menjelang maju studi kasus longitudinal (SKL) 200511*
Komentar