Langsung ke konten utama

Hujan membawa saya kembali pada-Nya

Pulang dari kampus tadi, saya bergegas ke bengkel AC langganan di daerah Layur, Rawamangun, karena AC starmin mulai mengikuti cuaca, siang panas dan malam dingin hehehe.
"Kerusakannya ini...ini..ini...kira-kira 3 jam deh bu" kata si abang bengkel.
"Oke, gak masalah." dan saya pun bergegas mencari bajaj untuk ke Tiptop di dekat bengkel, belanja bulanan.

Hujan deras turun bersamaan dengan selesainya urusan belanja saya, saat itu masih kurang 1,5 jam dari waktu yang dijanjikan si abang bengkel. Tempat duduk yang tersedia di dekat kasir  sudah dipenuhi dengan orang yang menunggu hujan reda.
Ehm...lihat-lihat buku di lantai 2 aja ah, pikirku. Rencananya sih hanya lihat-lihat saja, namun saat melihat tulisan  kecil di bawah judul buku Never Give Up, Keep Fight!, saya langsung tergerak untuk membeli. Tulisan itu adalah

"Kegagalan mewujudkan impian adalah ketika kita sama sekali tidak pernah memulainya. Melainkan hanya membicarakannya atau bahkan terendap dalam benak pikiran tanpa tahu bagaimana cara untuk memulainya."

Sepertinya mengena sekali dengan saya. Mulailah celangak, celinguk cari tempat baca dan saya memutuskan untuk membaca di Mushola baru di lantai 2 ini, bersih dan adem serta sepi. Setelah membaca beberapa bab, saya mengistrahatkan mata saya dengan memandangi mushola baru ini, bagus, nyaman, dan mengingatkan saya pada mesjid kampus waktu kuliah di Semarang dulu. Murotal yang diputar menambah nuansa nostalgia ini semakin terasa. Dulu, saya sering  bertandang ke mesjid Asy-syifa sekedar untuk melepas penat sambil menyelesaikan tugas, tilawah, ikutan tausiyah, baca buku-buku agama,dan mengajar anak-anak mengaji. Saya rindu...
Kerinduan ini semakin menjadi saat sang imam  membacakan surat Al A'la dan At Thoriq  dalam sholat magrib berjamaah. Merdu dan syahdu. Allah....saya semakin rindu.

Saya rindu suasana ini, suasana yang penuh dengan nama-Mu.
Rindu rasa ini, ketenangan dan kesejukan hati
Rindu gemuruh dalam dada karena-Mu
Rindu getar dalam jiwa karena takut pada -Mu
Mata mulai berkaca, kaki mulai gemetar
Allah...aku ingin kembali

Terima kasih hujan yang telah membawa saya kembali

16 Feb 2011
Ismicitra
*Mushola baru Tiptop Rawamangun*

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berobat kulit ke dr. Inong, part 2: Peeling session

Setelah lebih dari satu bulan bermain-main dengan krim pagi  dan malam, kini saatnya kembali untuk  chemical peeling   alias pengelupasan kulit dengan bahan kimia (obat). Kunjungan kedua kali ini saya pilih    Jumat. Tiba di RS restu jam 15.00 dan mendapat urutan 50. Lumayan, hanya nunggu sekitar 2 jam akhirnya tibalah giliran saya. Ada sekitar 6 tempat tidur dengan satu kipas angin kecil di masing-masing tempat tidur. Sebelum pengelupasan, wajah kita dibersihkan dulu oleh asisten   dengan cairan berbau seperti alkohol, dan mulailah obat itu dioleskan oleh dr. Inong sendiri. Awalnya terasa dingin, namun beberapa saat kemudian....." ouch "    ….panas dan perih sekitar 5 menit dan kipas angin ini sangat membantu untuk mengurangi rasa sakit.  Tenyata pengolesan itu diulangi lagi setelah 15 menit....*dooh  double ouch *, tapi bener kok cuma sebentar, dan setelah tidak terasa panas lagi sang asisten akan mengoleskan krim, dia menyebutkan sih nama dari krim itu tapi sepertinya

Tips Berobat Kulit ke dr. Dewi Inong I spKK

Setelah menjalaninya saya tertarik untuk menuliskan tips untuk rekan-rekan yang akan berobat kulit ke beliau, supaya tidak salah langkah. Sekilas tentang dr. Inong (begitu saya panggil beliau) dapat dilihat di sini , bukan bemaksud promosi :P, namun beliau terkenal ramah dan murah untuk perawatan kulitnya. Beliau praktek di Permata Cibubur dan RSIA Restu, Kramat jati, saya akan berbagi untuk yang di Restu Datang pagi, benar-benar pagi. Pendaftaran dimulai jam 7.00 ,tdak boleh lewat telpon dengan biaya Rp. 85.000,- dan terbatas hanya 60 orang :O….Saya tiba di sana jam 8.10, dan alhasil dapat no. 68….ini berhasil karena no yang muda banyak yang gak datang. Setelah daftar di loket, jangan lupa daftar ulang di perawat depan kamar dr. Inong , karena akan dipanggil berdasarkan urutan di perawat bukan di loket. Bawa sarapan, cemilan dan makan siang serta air minum . Tidak ada kantin, hanya ada ibu penjual makanan kecil yang terbatas, dan suasana di sana panas, jangan

Kisah seorang pencuri foto

Kisah ini di mulai dari foto di atas. Saat melihat pertama kali, langsung jatuh hati pada foto berjuta makna ini. Foto ini dtemukan di salah satu jejaring sosial, pemiliknya adalah teman dari teman, aku sendiri tidak mengenalnya. Biasanya, jika mengambil foto pribadi, aku akan minta ijin dulu ke pemiliknya, tapi mengapa untuk foto ini aku agak takut dengan pemiliknya hehehe. Berikut kronologis perjalananku bersama foto ini, yang aku beri judul “Memandang ke Depan”: 19 Agustus 2010 : aku grabbed foto ini tanpa ijin, tapi ternyata merasa bersalah, dan berasa seperti pencuri, huuu gak enak 23 Agustus 2010 : akhirnya memberanikan diri untuk kirim message ke sang pemilik yang intinya minta ijin….sampai sekarang belum dijawab juga 2 Sept 2010 : sepertinya tidak akan dapat ijin resmi dalam waktu dekat, mungkin sekitar 20 tahun lagi hehehe *hopeless*….aku beranikan diri untuk mengirim message yang sama ke FBnya…no response until now 19 Sept 2010 :Dia: “biarkan kami mensyukuri hid