Langsung ke konten utama

Aku dan Kecoa


Menjijikan…itu adalah kata pertama yang terlintas di kepalaku saat mendengar kata kecoa.
Kakinya, antena panjang di kepalanya….iih bikin merinding.

Kemarin siang, saat harus mengunakan kendaraan favorit ke 2  setelah starmin (dia harus melakukan tugas mulia mengantar mamah kondangan), aku menemukan kecoa hidup didalamnya. Hiiii….perjalanan masih panjang dan aku harus berada bersama kecoa itu  dalam ruangan yang kecil ini untuk waktu yang cukup lama. Duduk menjadi serba salah, gak bisa nyender, tengak tengok cari kemana sang kecoa bersembunyi, pokoknya perjalanan kemarin bikin mules deh.

Bukan berarti di rumah gak ada kecoa, buanyak hehehe ….(jadi malu), tapi kan rumah agak lebih luas dibandingkan dengan ruangan di bajaj, jadi aku bebas melangkah kemana saja saat mereka berkeliaran.
Tapi itulah yang terjadi dalam kehidupan, ada kalanya kita harus bersama dan berinteraksi erat dengan sesuatu yang kita tidak sukai dan tetap harus menjaga keamanan dan kenyaman diri dan lingkungan. Gak kebayang jika ditengah laju bajaj yang super cepat aku berteriak dan meloncat-loncat karena jijik dengan kecoa….bisa oleng deh tuh bajaj..hehehe. Yakin aja, bahwa semua akan berakhir, aku akan turun dari bajaj berkecoa ini setelah sampai tempat tujuan.

Saat ini aku juga sedang dealing dengan diri sendiri tentang sesuatu yang “bukan aku banget”, sangat menyiksa, keliatan kan blogku isinya agak “blue” hehehe….InsyaAllah, dengan ijin Allah hal ini akan berakhir, entah kapan, tapi aku yakin hidup akan selalu bergerak.
Terima kasih pada kecoa di bajaj itu yang telah jadi pengingat :)


Ismicitra
*semangat!!*

Komentar

Rini Purwanti mengatakan…
kecoa?? jadi yang bikin biru kecoa??omg....tinggal diinjek juga penyet hehehe
ismicitra mengatakan…
kecoanya guedeee mb ;)

Postingan populer dari blog ini

Berobat kulit ke dr. Inong, part 2: Peeling session

Setelah lebih dari satu bulan bermain-main dengan krim pagi  dan malam, kini saatnya kembali untuk  chemical peeling   alias pengelupasan kulit dengan bahan kimia (obat). Kunjungan kedua kali ini saya pilih    Jumat. Tiba di RS restu jam 15.00 dan mendapat urutan 50. Lumayan, hanya nunggu sekitar 2 jam akhirnya tibalah giliran saya. Ada sekitar 6 tempat tidur dengan satu kipas angin kecil di masing-masing tempat tidur. Sebelum pengelupasan, wajah kita dibersihkan dulu oleh asisten   dengan cairan berbau seperti alkohol, dan mulailah obat itu dioleskan oleh dr. Inong sendiri. Awalnya terasa dingin, namun beberapa saat kemudian....." ouch "    ….panas dan perih sekitar 5 menit dan kipas angin ini sangat membantu untuk mengurangi rasa sakit.  Tenyata pengolesan itu diulangi lagi setelah 15 menit....*dooh  double ouch *, tapi bener kok cuma sebentar, dan setelah tidak terasa panas lagi sang asisten akan mengoleskan krim, dia menyebutkan sih nama dari krim itu tapi sepertinya

Tips Berobat Kulit ke dr. Dewi Inong I spKK

Setelah menjalaninya saya tertarik untuk menuliskan tips untuk rekan-rekan yang akan berobat kulit ke beliau, supaya tidak salah langkah. Sekilas tentang dr. Inong (begitu saya panggil beliau) dapat dilihat di sini , bukan bemaksud promosi :P, namun beliau terkenal ramah dan murah untuk perawatan kulitnya. Beliau praktek di Permata Cibubur dan RSIA Restu, Kramat jati, saya akan berbagi untuk yang di Restu Datang pagi, benar-benar pagi. Pendaftaran dimulai jam 7.00 ,tdak boleh lewat telpon dengan biaya Rp. 85.000,- dan terbatas hanya 60 orang :O….Saya tiba di sana jam 8.10, dan alhasil dapat no. 68….ini berhasil karena no yang muda banyak yang gak datang. Setelah daftar di loket, jangan lupa daftar ulang di perawat depan kamar dr. Inong , karena akan dipanggil berdasarkan urutan di perawat bukan di loket. Bawa sarapan, cemilan dan makan siang serta air minum . Tidak ada kantin, hanya ada ibu penjual makanan kecil yang terbatas, dan suasana di sana panas, jangan

Kisah seorang pencuri foto

Kisah ini di mulai dari foto di atas. Saat melihat pertama kali, langsung jatuh hati pada foto berjuta makna ini. Foto ini dtemukan di salah satu jejaring sosial, pemiliknya adalah teman dari teman, aku sendiri tidak mengenalnya. Biasanya, jika mengambil foto pribadi, aku akan minta ijin dulu ke pemiliknya, tapi mengapa untuk foto ini aku agak takut dengan pemiliknya hehehe. Berikut kronologis perjalananku bersama foto ini, yang aku beri judul “Memandang ke Depan”: 19 Agustus 2010 : aku grabbed foto ini tanpa ijin, tapi ternyata merasa bersalah, dan berasa seperti pencuri, huuu gak enak 23 Agustus 2010 : akhirnya memberanikan diri untuk kirim message ke sang pemilik yang intinya minta ijin….sampai sekarang belum dijawab juga 2 Sept 2010 : sepertinya tidak akan dapat ijin resmi dalam waktu dekat, mungkin sekitar 20 tahun lagi hehehe *hopeless*….aku beranikan diri untuk mengirim message yang sama ke FBnya…no response until now 19 Sept 2010 :Dia: “biarkan kami mensyukuri hid